Tuan Tanah

Melongok keluar kaca bis, bibirku tak dapat menipu, ada segaris senyuman di sana. Decak kagum dan syukurku pada Tuhan yg tlah menitipkanku pada Nusantara.

Kecuali padanya! Sosok pemuda di hadapanku yg kala itu memecah debat berujung pengakuan.
“Maka bilamana kau bertahan dengan SOK IDEALISME-anmu? Jika di muka, di fesbuk, dalam orasi2mu kau suarakan semangat nasionalisme, sedang di belakang…. urusan perut (yg kau sebut realitas) masih dapat mengalahkan pendirianmu. Kau jual tanah hasil babatan sawah nusantara, kau kapling2, kau jual sedikit demi sedikit kekayaan tanah Nuswantara. Maka dg apa kau sebut itu idealis, dengan realis saja kau tak mampu menepis.”

Begitulah kiranya obrolanku dg pemuda di balik cermin.
#ngomongDewe

Ampun Gusti.
Nuwun pitedahMu.
29.03.2015

Limit, Fight, and Fighting Limitation!!!

Aku hanyalah segelintir dari jutaan orang yang memperjuangkan bagian dari haknya…

Aku hanyalah anak dari pasangan manusia,
yang merobohkan dinding pemisah antara aturan dan kebebasan,
hitam dan putih,
kenyataan dan impian,
ikatan dan free will,
tuntutan dan harapan,
possessiveness dan ketulusan…

Isiku hanyalah seonggok daging yang membungkus tubuh lunakku, beserta tulang dan gerak kaku
sedikit tegas, keras!!!

Aku adalah salah satu dari kumpulannya yang terbuang
Bertahan dengan hayalan nyata, mimpi semu
Ah, itu kata mereka!!!
Just Fight!!!